MOM OF TWO [ with Rhani Umi Khairani ]

Jika ditanya apa serba serbinya menjadi seorang ibu dengan dua anak, maka saya akan menjawab dengan lantang bahwa hal tersebut sejujurnya sangat membuat saya lelah, terlebih lagi jarak usia mereka yang cukup dekat.

Memiliki keturunan adalah dambaan setiap pasangan suami istri, namun bukan berarti saya tidak bersyukur dikaruniai anak dengan waktu yang berdekatan. Mari kita bicara tentang kesiapan. 

Di fase awal ketika anak kedua lahir, tentu tidak mudah untuk memberi pengertian kepada sang kakak. Pada akhirnya kami sebagai orang tua melakukan berbagai macam cara agar nantinya sang kakak mau kenal dengan adiknya mengingat anak pertama kami memiliki kesulitan beradaptasi dengan keadaan yang menurutnya baru. Di momen ini, kesiapan saya sebagai seorang ibu tentu terpecah belah. Keadaan fisik dan mental yang belum sepenuhnya siap, ditambah lagi harus mereset ulang pengasuhan anak.

Fase berikutnya, saya begitu kesulitan dalam pengaturan waktu karena jarak anak yang terlalu dekat. Sang kakak yang masih bergantung pada ASI dan harus melewati fase MPASI, sedangkan sang adik juga sangat membutuhkan ASI. Bagaimanapun situasinya saya harus bisa seimbang memberikan yang terbaik untuk anak-anak.

Kemudian di fase selanjutnya saya tentu agak terbentur di masalah finansial. Keadaan ekonomi yang serba mahal tidak sejalan dengan kebutuhan kita yang semakin kompleks. Di sini saya mencoba mengatur bagaimana cost yang diperlukan untuk anak-anak. Tentu kita tahu harga untuk susu dan pampers bukanlah hal yang murah bukan ?

Ketika menjadi orang tua, saya memahami bahwa melahirkan, mendidik dan mengasuh anak merupakan tanggung jawab yang luar biasa berat. Itulah mengapa butuh support system untuk memberi dukungan yang tidak lain adalah suami sendiri beserta keluarga.  

Saya rasa, sejak menikah dan memiliki anak, kami sebagai orang tua perlu mengesampingkan stereotype gender. Kami merasa bahwa setiap tugas dan tanggung jawab yang ada di rumah tangga kami termasuk dalam pengasuhan anak merupakan tugas yang harus dilakukan bersama. 

Ketika hamil anak kedua, saya dan suami khawatir tidak bisa memenuhi kebutuhan anak-anak, namun seiring berjalannya waktu, kami percaya bahwa rezeki akan datang kapan saja. Kami percaya Tuhan telah menyiapkan rezeki yang berlimpah untuk anak-anak kami.

Tapi, di era yang sekarang serba sulit ini, saya sangat tidak membenarkan statement yang menyatakan bahwa 

"Banyak Anak Banyak Rezeki"

Saya berasumsi bahwa lebih baik membesarkan dua anak dengan gizi, kebutuhan dasar, kasih sayang yang cukup daripada memiliki banyak anak tapi kebutuhannya tidak terpenuhi seluruhnya. Akan tetapi asumsi saya juga tidak menyalahkan ke pihak yang memiliki anak lebih dari dua. Saya rasa berapa pun jumlah anak yang kita miliki merupakan pilihan masing-masing setiap orang tua asalkan mereka siap dan mampu untuk mendidik, membesarkan serta mengasuhnya hingga dewasa.

Lantas, apakah sekarang kondisi psikis sudah jauh lebih lega dan siap dalam pengasuhan anak ?

Seiring berjalannya waktu, saya jauh lebih lega, tenang dan siap dengan segala tantangan yang ada dalam pengasuhan anak mengingat semakin ke depan kondisi anak-anak semakin stabil, semakin mengerti dan mudah beradaptasi dengan lingkungannya. Capek ? tentu .... itu selalu dirasakan semua ibu dalam menjalankan perannya. Ketika dirasa lelah, tidak ada salahnya untuk istirahat sebentar meninggalkan rutinitas demi menjaga kewarasan. 

Menjadi seorang ibu tentu menjadi peran terbesar dan terberat sepanjang hidup. Kehidupan terasa berubah 180 derajat, namun itu semua tidak merubah segala niat dan tekad untuk terus belajar bagaimana mewujudkan kehidupan rumah tangga yang damai. Saya percaya badai pasti berlalu dan saya percaya semua ibu adalah wanita hebat, wanita yang kuat.

Comments

Popular Posts