BECAUSE WE ARE CONNECTED


"Mengapa kamu memilih untuk menikah ?"

Tanya seseorang waktu itu. Katanya menikah itu sangat rumit, berat, tantangannya juga tidak main-main. Tak heran memang sampai detik ini masih banyak orang yang mengurungkan niat untuk menikah dengan alasan "takut".
Takut salah pilih, takut salah langkah, takut belum siap menghadapi tantangan, dan takut lainnya.

"Menikah sejatinya merupakan situasi di mana 2 pasangan saling bersatu dalam ikatan sakral"

Sebelum menginjak fase pernikahan, setiap manusia pastinya dihadapkan dengan berbagai tantangan, mulai dari yang sederhana hingga yang rumit. Begitu juga pernikahan, mulai dari bagaimana menyamakan persepsi, tujuan, cita-cita rumah tangga, termasuk juga bagaimana kita saling memahami karakter.

Percaya atau tidak bahwa semua manusia di bumi ini dibekali dengan karakter yang amat sangat unik ? 
Ya .. termasuk saya dan pasangan.
11 tahun yang lalu, saya dipertemukan dengan seorang laki-laki yang kini sudah berhasil menyandang status sebagai suami, satu-satunya suami yang tidak bisa saya  deskripsikan bagaimana uniknya dia. 

Jika boleh mengulur waktu, mari mundur ke belakang sebentar.
Saya dan pasangan kurang lebih menjalani sebuah relasi yang "serius" bisa dikatakan menginjak 6 tahun sampai pada akhirnya di tahun 2021 kami memutuskan untuk menikah dan hidup bersama. 

Lalu apa yang saya dapat tentang karakternya ?
Hahahaha sooooo surprisingly unique !
Semua manusia pasti pernah merasakan manisnya di awal jalinan relasi, dari kata-katanya, sikapnya dan bahasa tubuhnya. Seiring waktu, seiring proses pendewasaan terus berjalan tentu ada beberapa perubahan baik perubahan pilihan, perubahan cara berpikirnya, dan juga perubahan gerak geriknya. 

Kami tentu sudah sangat terbiasa untuk menghadapi konflik perbedaan. Kami terlahir dengan watak yang sama-sama keras. Bedanya, kalau dia keras dan egois tanpa suara sedangkan saya, sangat ekspresif sekali untuk menyuarakan betapa kerasnya saya.

Sampai tibalah kami berkomitmen untuk menjalin ikatan sakral dalam satu pernikahan.

Ada banyak sekali yang bilang 
"sifat asli pasangan akan semakin terlihat ketika sudah menikah"
Dan saya salah satu yang meyakini argumen tersebut.

Haaahhh ... tarik nafas ...

Di tahun pertama pernikahan, kami mengalami gap.
Kami sama-sama dikejutkan dengan situasi dan kondisi.
Bagaimana kita saling mengatur finansial, menjaga nama baik antar keluarga, dan yang unik adalah saling memahami karakter setelah pernikahan.

Sungguh mengejutkan ternyata saya mendapati pasangan dengan
Emotionally unavailable atau sederhananya sebut saja dia seseorang yang tidak terbiasa menghadapi perasaannya.
Sebagai seorang perempuan yang pada dasarnya memiliki rasa ingin dimengerti dalam segala hal ternyata bertolak belakang dengan seorang laki-laki yang serba kebingungan harus apa, serba kebingungan mengelola emosionalnya terutama dengan padangannya dan inginnya spontan atau to do point.

"Itulah mengapa perempuan sering diilustrasikan sebagai makhluk paling rumit di bumi, begitu juga laki-laki, makhluk paling tidak peka di bumi. Walaupun konteksnya tidak semua perempuan dan laki-laki begini"

Karakter ini sebenaranya sudah terdeteksi sebelum kami menikah. Ketika pernikahan terjadi dan kami tinggal satu atap, saya perlahan semakin memahami karakter unik ini. Saya termasuk orang yang memiliki tingkat kecemasan tinggi walaupun tidak berlebihan. Saya bukan cemas atau takut ditinggalkan, tapi cemas apakah dengan karakter yang demikian, saya bisa atau tidak mengerti emosional pasangan ? 
dan terkadang terbesit .... apakah pasangan saya sangat menyayangi saya ?
apakah dengan memperlakukannya demikian perasaannya akan senang atau bagaimana ?
apakah saya layak menjadi pasangannya sampai nanti ? 
Sungguh awal-awal yang penuh dengan tebak-tebakan.

Belum lagi responnya dalam menanggapi satu kejadian, so flat ... 
Belum lagi responnya yang menghadapi konflik, always shutting down ..

Dan mengapa saya bertahan ??

Lagi-lagi saya bersyukur walaupun secara emotionally unavailable tapi secara physical dia available. Walaupun usia pernikahan yang masih tergolong muda... perjalanan kami saling memahami karakter belum selesai begitu saja. 

Hidup ternyata semenarik itu ya ~
Ada yang mungkin bisa dengan leluasa meluapkan semua perasaannya, kepekaannya, keinginannya dengan mudah.
Tapi tidak dengan pasangan saya yang justru sebaliknya.
Dan inilah fungsi keberadaan saya.
Untuk melengkapi apa yang pasangan saya kurang mampu melakukannya.

Apakah saya insecure ketika semakin tau karakter masing-masing ? 
NO .. I'm totally secure ... I'm totally ready ...
Life after married is sooo totally surprisingly...
dan saya rasa, saya dan pasangan pelan-pelan siap secara mental untuk menghadapi lika liku rumah tangga.

Karena karakternya lah saya jadi belajar banyak untuk menghadapi apa yang terjadi secara realistis...
Karena karakternya lah saya selalu ingin terus terhubung baik secara physically maupun secara emotionally ...
Karena bagi saya menikah juga salah satunya bukan untuk saling menghakimi karakter pasangan. Apakah ini yang dinamakan menyempurnakan setengah agama ?

Lantas, jika sekali lagi ada yang bertanya ...

Why you choose to be married ? 
(Mengapa kamu memilih untuk menikah ?)

Maka dengan tegas saya akan menjawab 

Because we are connected
(Karena kami sudah saling terkoneksi)




Comments

Popular Posts