TAK LAGI JADI WACANA
"Saya punya banyak mimpi. Rencana dikepala saya sudah berbaris dengan rapi. Namun mengapa belum ada satupun yang terealisasi ?"
Bicara tentang mimpi, manusia memang jagonya berimajinasi. Namun ketika tahap realisasi, kita justru lupa melibatkan sedikit improvisasi.
Nyatanya, semua rencana yang sudah kita impikan terkadang masih tersusun rapi di kepala, bahkan ada pula yang menulis di buku hariannya tentang mimpi apa saja yang ingin dan akan direalisasikan. Karena terlalu banyaknya mimpi dan rencana pada akhirnya hanya menjadi wacana belaka. Belum lagi begitu banyak pertimbangan seperti keselamatan, finansial dan lain sebagainya yang justru terkadang membuat niat kita "Stuck". Memang pada dasarnya setiap rencana membutuhkan perencanaan yang matang. Seperti yang dijelaskan pada dasar-dasar manajemen yang secara sederhana mengungkapkan bahwa
Perencanaan merupakan suatu proses pemilihan dan menghubung-hubungkan fakta serta menggunakannya untuk menyusun asumsi-asumsi yang diduga bakal terjadi di masa depan untuk kemudian merumuskan kegiatan-kegiatan yang diusulkan demi tercapainya tujuan yang diharapkan.
(George R. Terry 1960 dalam Mardikanto (2010:273))
Perencanaan adalah proses mempersiapkan kegiatan-kegiatan secara sistematik yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu.
(Bintaro Tjokroamidjojo 1997 dalam Badrudin (2014:54))
Sistematis, artinya perencanaan tersebut tersusun menjadi satu kesatuan yang saling berhubungan mulai dari memikirkan siapa sasarananya, apa tujuan dibuatnya perencanaan tersebut, frekuensinya bagaimana, lalu bagaimana pula kesiapan finansial apabila terjadi hal tidak terduga hingga dampak yang terjadi di masa yang akan datang. Seluruhnya memang harus disiapkan dengan sangat hati-hati dan memang alangkah baiknya dilakukan secara bertahap tidak harus menunggu semua komponen perencanaan terpenuhi.
Namun yang jadi permasalahan kebanyakan dari kita adalah ketika semua kebutuhan tentang perencanaan sudah terpenuhi,
Kita cenderung bingung memulainya dari mana
atau
Setelah berjalan sesuai rencana, kita terhenti di tengah prosesnya.
Pada akhirnya, ketika sudah menemukan kebuntuan dalam melakukan semuanya, rencana hanya berujung menjadi sebuah wacana. Kita gagal lagi melangkah untuk berkarya. Lantas di mana letak kesalahannya ?
Semua mimpi dan rencana yang menakjubkan sulit direalisasikan ketika diri sendiri tidak tergerak untuk melakukannya. Ada yang dinamakan sebuah "kesadaran" dalam diri untuk menggerakan rencana kita.
Lantas, bagaimana caranya ?
Komitmen. Mungkin dapat bermakna sebagai bagaimana kita melakukan perjanjian dengan diri sendiri untuk melakukan suatu hal. Artinya, ketika sudah memilih rencana apa yang akan kita lakukan ke depannya, maka sepenuhnya kita bertanggung jawab atas apa yang menjadi pilihan kita dan berjanji untuk mengakhiri apa yang telah kita mulai.
Konsekuen. Setiap pilihan memiliki takaran konsekuensinya masing-masing. Ketika sudah berani membuat komitmen pada diri sendiri, tentunya harus menjadi pribadi yang konsekuen / berteguh diri. Artinya, semua yang akan kita lakukan harus sesuai antara perkataan dan perbuatan.
Konsisten. Hal yang paling sulit untuk dilakukan adalah bersikap konsisten terhadap apapun yang kita lakukan dari awal hingga akhir. Konsisten secara sederhana bisa dimaknai sebagai suatu kondisi yang tetap atau tidak berubah. Menjadi pribadi yang konsisten memang sedikit sulit apalagi menjalaninya berdampingan dengan kehidupan yang serba dinamis. Cukup membosankan melakukan sesuatu yang lurus-lurus saja dan alurnya tetap. Belum lagi ditambah mood manusia yang mudah berubah cepat atau lambat. Namun menjadi pribadi yang konsisten bisa teratasi secara perlahan dengan mencoba mengingat bagaimana proses kita memulai rencana dari titik nol dan mengingat kembali apa tujuan akhir proses yang sudah dijalankan ini.
Kesadaran sejatinya berakar pada diri masing-masing manusia. Dengan menanamkan ketiga unsur di atas, tahap demi tahap kita akan dipertemukan dengan keteraturan dalam melakukan segala hal. Jenuh itu pasti ada. Bosan itu pasti datang pada masanya. Tinggal bagaimana kita cakap mengatasinya agar tak lagi rencana hanya menjadi sebuah wacana belaka.
Sumber :
Badrudin. 2014. Dasar-dasar Manajemen :Pengertian Evaluasi, Fungsi dan Tujuan
Evaluasi, dan Model Evaluasi. Bandung : ALFABETA.
Mardikanto, T. 2010. Konsep-Konsep Pemberdayaan Masyarakat. Solo : UNS Press
Comments
Post a Comment