UNDER PRESSURE


"Kerjaan yang satu belum beres udah numpuk lagi aja yang baru"
"Saya sudah berusaha semaksimal mungkin tapi kenapa masih selalu salah di mata mereka ?"
"Saya tidak mau bersekolah atau kuliah di sana tapi mengapa orang tua saya memaksa tetap harus mengikuti keinginannya?"
"Harga bahan pangan di pasar naik, pendapatan suami berkurang karena imbas covid-19 dan saya punya bayi yang mana kebutuhannya jauh lebih banyak. apa yang harus saya lakukan ?"
"Saya selalu diberi pekerjaan yang banyak dan berat bahkan harus lembur dan pendapatan tetap sama. Saya harus apa ?"

Sering diantara kita mengalami situasi serupa, bahkan ada yang lebih dari ilustrasi tersebut. Perasaan tertekan pun perlahan muncul diikuti dengan rasa khawatir berlebihan seolah tidak sanggup untuk menghadapi kondisi tersebut. Pada akhirnya banyak keluhan yang terlontar yang berujung pada perasaan terbebani. Padahal, jika kita telisik lebih dalam, tekanan bukan membuat kita semakin mundur melainkan membuat suatu perubahan pada hidup kita. 

Saya jadi ingat pada beberapa tes wawancara yang sudah saya lalui untuk memperoleh pekerjaan yang sebelumnya pada lowongan di tuliskan "mampu bekerja di bawah tekanan". Apakah saya mampu ? Awalnya, sebagai newbie di dunia karir, kalimat tersebut menjadi momok menakutkan dan yang ada di benak pikiran saya adalah apakah sebegitu beratnya pekerjaan tersebut dilakukan ? Bayangkan bagaimana jika di posisi tersebut saya terus mendominasikan pikiran negatif saya daripada positifnya ? Akan kah saya dapat menikmati yang dinamakan tekanan ?

Tekanan, bentuknya beragam. Untuk level kesulitannya bisa dikatakan relatif karena mengingat kemampuan setiap orang juga beragam. Ada yang mungkin mengalami tekanan tersebut terasa sangat berat dan ada juga yang biasa-biasa saja. Semua juga tergantung bagaimana setiap orang terbiasa melalui dan menikmati sebuah tekanan tersebut. 

"Ketika semua orang hidup tentunya akan selalu bertemu dengan tekanan. Tinggal bagaimana manusia memaknai tekanan sebagai sebuah ancaman atau sebagai sebuah perubahan" 

Ada yang bilang bahwa semakin sering seseorang mengalami tekanan, ia akan terbiasa berdapatasi dengan kondisi dan situasi. Begitu juga sebaliknya. Saya lebih suka menikmati tekanan daripada menghadapi tekanan. Ibarat meminum kopi yang paling kita suka, tentunya dinikmati perlahan hingga tidak terasa kalau kopi tersebut habis. Lain halnya dengan menghadapi. Tekanan seolah bermakna sebagai musuh atau ancaman sehingga kita tentu menaruh rasa khawatir di dalamnya dan cenderung menghindar. 

"Manusia begitu mudah berucap bahwa dunia tidak berpihak padanya ketika tekanan hadir disela-sela kehidupannya"

Padahal tekanan hadir sebagai proses pembentukan pengalaman dan pembelajaran menuju sebuah perubahan kehidupan. Terkadang tidak ada salahnya untuk bersikap keras pada diri sendiri dalam melalui sebuah permasalahan yang penuh dengan tekanan karena setiap manusia punya kendali atas seluruh situasi yang dialaminya.

Jadi tidak ada salahnya menjadikan tekanan selayaknya seorang teman daripada menganggapnya sebagai lawan.



Comments

Popular Posts