ANTARA KEBUTUHAN DAN KEINGINAN ?
Ketika kita merasa bosan, biasanya memutuskan untuk pergi mengunjungi suatu tempat hanya sekedar untuk melihat-lihat, entah itu mall atau mini shop ataupun cafe resto. Ditambah lagi dengan ditemani rekan yang satu pemikiran. Apalagi kalo bukan hobi shopping PLUS tanggal muda tepat di depan mata.
Selamat berkhilaf ria !
Kebiasaan dari kebanyakan kita adalah awalnya hanya sekedar untuk menghilangkan rasa penat yang hanya dilakukan dengan ngopi-ngopi cantik diselingi dengan obrolan yang beragam, mulai dari rutinitas, karir, curhatan kehidupan, dan gak kalah pentingnya pasti sedikit dibubuhi gosip. TAPI, kadang yang tidak terlewatkan juga adalah ketika obrolan sudah hampir habis, saatnya membuka ponsel dan scroll up down feed yang isinya "ONLINE SHOP"
"Eh lucu nih ... gajian masih lama lagi"
"Asli keren sih, belum punya warna ini. Kan bisa di mix and match sama celananya"
"Aduh .. gemes banget tasny, sepatunya"
"Gak papa lah ya kali ini belanja lagi besok baru nabung"
Kurang lebih seperti itulah celotehan yang keluar ketika ada suatu barang yang berhasil menarik perhatian kita. Hal ini tentunya juga berlaku buat laki-laki ya, apalagi sekarang sudah menjamurnya aplikasi belanja online dengan beragam penawaran terbaik. Bahkan keranjang belanja di aplikasi sudah waiting list untuk di check out. Intinya, mana yang murah dengan kualitas bagus, SIKAT !
Situasi yang demikian tentunya menimbulkan pertanyaan besar untuk diri kita.
Situasi yang demikian tentunya menimbulkan pertanyaan besar untuk diri kita.
KAMU BUTUH ATAU HANYA MENGINGINKAN SAJA ?
Belanja memang jadi satu hal paling menyenangkan, apalagi jika punya banyak uang. Dunia market begitu banyak memberikan penawaran unik. Bahkan barang yang sekiranya tidak terlalu penting dan bentuknya unik pun rela kita beli. Namun di balik itu tentunya ada hal yang cenderung membuat kita sulit fokus terhadap apa yang kita butuhkan dan lebih dominan untuk mengutamakan apa yang kita inginkan.
"Apa yang kita butuhkan pada dasarnya sudah terpikirkan bahkan telah direncanakan sebelumnya untuk dibeli dengan fungsi memenuhi kebutuhan kita atau menggantikan barang yang telah usang"
Contoh sederhananya, ketika mendapat panggilan kerja tentunya mewajibkan kita menggunakan sepatu berwarna hitam. Sedangkan yang kita miliki terlihat sudah tidak layak pakai. Itulah kenapa kita menyediakan budget untuk meembelinya karena kebutuhan .
Lain halnya dengan keinginan yang biasanya bisa muncul secara spontan. Yang tadinya tidak ada di dalam list belanja, terpaksa harus mengeluarkan uang lebih karena khilaf . Ujungnya ?
Memang sah-sah saja membeli barang dengan uang kita sendiri. Namun jika sudah terbeli dan jarang sekali digunakan akan menjadi pengeluaran yang sia-sia bukan ?
"Apa yang kita butuhkan pada dasarnya sudah terpikirkan bahkan telah direncanakan sebelumnya untuk dibeli dengan fungsi memenuhi kebutuhan kita atau menggantikan barang yang telah usang"
Contoh sederhananya, ketika mendapat panggilan kerja tentunya mewajibkan kita menggunakan sepatu berwarna hitam. Sedangkan yang kita miliki terlihat sudah tidak layak pakai. Itulah kenapa kita menyediakan budget untuk meembelinya karena kebutuhan .
Lain halnya dengan keinginan yang biasanya bisa muncul secara spontan. Yang tadinya tidak ada di dalam list belanja, terpaksa harus mengeluarkan uang lebih karena khilaf . Ujungnya ?
"yahh ... uangnya udah kepake beli ini tadi. gimana dong ?"
Memang sah-sah saja membeli barang dengan uang kita sendiri. Namun jika sudah terbeli dan jarang sekali digunakan akan menjadi pengeluaran yang sia-sia bukan ?
Antara apa yang kita inginkan dan apa yang kita butuhkan memang sangat rumit, namun di sinilah karakter bijak kita dituntut untuk bekerja. Membuat perencanaan belanja secara sederhana memang perlu dilakukan untuk menghindari overcost. Perencanaan yang dimaksud di sini adalah untuk kegunaan barang yang ingin kita beli jangka pendek dan jangka panjangnya. Selain itu, berpikir satu langkah ke depan juga diperlukan karena mau tidak mau kita harus memaksakan diri untuk save money for future. NABUNG !
"tapi masa sesekali gak boleh nyenengin diri beli barang yang lucu-lucu ?"
Masih ingat ilmu ekonomi tentang kebutuhan ? Primer, sekunder, tersier ? Apa yang kita butuhkan dibaratkan sebagai kebutuhan primer, kebutuhan yang diutamakan atau kebutuhan yang benar-benar menjadi prioritas.
Sedangkan apa yang kita inginkan bisa diibaratkan sebagai kebutuhan sekunder/tersier. Ketika apa yang menjadi prioritas sudah terpenhi dan masih memiliki sisa budget lebih, boleh lah menyenangkan diri sendiri. Membeli barang unik dan lucu terkadang tidak selamanya salah. Bisa jadi hal tersebut menjadi self-healing untuk kita yang sudah jenuh dengan barang yang terlihat monoton dan butuh suasana baru.
Menyesal memang datangnya di akhir ya, tapi untuk meminimalisisr terjadinya hal itu, coba tanyakan pada diri sendiri ketika memutuskan ingin membeli sesuatu
"lucu sih , tapi kalo di beli untuk apa ?"
"pengen dibeli tapi nanti gak bisa beli barang yang penting"
"aduh last item, tapi yang prioritas belom kebeli. Beli yang penting dulu deh"
Memang sih nanti akan ada rasa tidak rela karena tidak membeli barang yang diinginkan, namun dengan membiasakan mengutamakan apa yang menjadi prioritas secara perlahan mendidik kita menjadi pribadi yang disiplin. Bukan pelit ya, karena saving money itu juga perlu untuk keadaan mendatang yang sulit kita prediksi. Apalagi jika kondisinya genting.
Jadi, masih pada mau khilaf lagi ? Gak sayang sama uangnya ?
Comments
Post a Comment