HUMANITY : 404 ERROR
Mengapa manusia terlahir ?
Manusia setidaknya hadir di belahan bumi dengan harapan akan membawa suatu perubahan. Perubahan yang dimaksud tentunya yang mengarah pada sesuatu yang bersifat progresif, artinya membawa perubahan yang baik di segala sisi kehidupan. Perubahan tersebut tentunya tidak instan terjadi. Butuh proses dan tahapan panjang yang harus dilalui manusia untuk mencapai perubahan yang diharapkan baik dari dalam diri maupun dari luar diri setiap individu. Proses yang dimaksud adalah proses mengumpulkan pengalaman sebagai tahap pendewasaan dan sebagai media pembelajaran hidup yang di dalamnya terdapat perasaan saling menghargai dan berempati terhadap sesama manusia.
Bicara empati, artinya saling merasakan kondisi emosional dari diri individu dengan individu lainnya. Tentunya sejak kecil, setiap diri dari kita selalu diajarkan untuk menjadi pribadi yang beradab dan memiliki tata krama sopan santun dan menjaga toleransi serta menghargai sesama manusia apapun agama,ras, etnis, gender, status dan derajatnya. Saya jadi ingat beberapa tahun silam saat masih berada di bangku sekolah dasar ketika pelajaran budi pekerti dan kewarganegaraan, selalu disinggung tentang bagaimana kita harus bersikap dengan sesama manusia. Namun, dewasa ini sisi kemanusiaan justru perlahan tenggelam oleh situasi dan kondisi.
Sebagai contoh di tengah pandemi ini jika di runtut dapat dilihat sebagai berikut ...
Pertama, awal covid-19 masuk ke Indonesia, warga berbondong-bondong membeli masker bahkan menimbun untuk dijual kembali dengan harga yang tidak logis sehingga terjadi kelangkaan sedangkan tenaga kesehatan yang membutuhkan justru merasa kekurangan. Bahkan di tengah situasi ini ada yang rela menjual masker bekas 1x pakai. Di saat yang genting dalam mengahdapi wabah, sebagian dari manusia begitu ambisius memanfaatkan situasi sebagai ladang keuntungan pribadi.
Kedua, beredarnya berita hoaks di awal kemunculan covid-19 yang berujung pada tindakan diskriminatif dan masyarakat cenderung menjustifikasi dengan berbagai perspektif tanpa diketahui kebenarannya. Ditambah lagi stigma masyarakat yang menjustifikasi etnis china yang berperilaku kurang higienis.
Ketiga, kasus di mana tenaga kesehatan yang secara sengaja diusir dari kontrakan/kost-kostan karena takut nantinya akan membawa virus ke lingkungan pemukiman sekitar dan menularkannya.
Situasi pandemi juga berbarengan dengan bulan Ramadhan bagi umat Islam. Bulan suci Ramadhan identik dengan bulan penuh kebaikan, termasuk kebaikan di segala hal seperti saling menghormati dan saling berbagi. Namun kondisi di bulan suci pun tak menutup kemungkinan nilai-nilai kemanusiaan yang semakin hari semakin memudar.
Contoh yang sedang hangat-hangatnya yaitu kasus youtuber yang membuat video prank dengan memberikan sembako berisikan batu dan sampah kepada kaum waria dan anak-anak. Kasus ini begitu ramai di sosial media dan begitu menarik perhatian publik. Masyarakat, apapun lapisan dan stratifikasi sosialnya sangat geram dengan kejadian tersebut.
Bicara waria, walaupun memang secara sosial mayoritas kaum ini mengalami marginalisasi sehingga sulit mendapatkan akses baik pekerjaan dan lain sebagainya, terlepas dari statusnya, mereka juga termasuk bagian dari manusia yang hidup bermasyarakat. Bisa dibayangkan ketika secara finansial serba kekurangan dan secara sosial menjadi bahan candaan, ketika mendapatkan bantuan pastinya akan sangat senang bagi mereka untuk menerimanya. Namun yang terjadi justru sebaliknya. Kejadian tersebut tentunya melecehkan waria sebagai kaum transpuan
Berangkat dari beberapa ilustrasi di atas, ada beberapa pertanyaan kritis yang wajib bagi kita untuk mempertanyakan hal ini pada diri sendiri ataupun untuk orang lain.
Semakin modern zaman seharusnya membuat masyarakat juga semakin melek teknologi. Internet salah satunya menjadi wadah bagi manusia untuk bebas mengkespresikan dirinya, namun yang banyak terjadi saat ini internet justru disalahgunakan untuk menebarkan hal-hal yang tidak semestinya. Sudah banyak sebagian dari kita yang menjadi seeker attention demi keuntungan sepihak.
"Kita hidup dalam era di mana privasi menjadi sesuatu yang patut untuk dipublikasi dan yang seharusnya dipublikasi menjadi hal yang bersifat privasi"
"Kita juga hidup dalam era di mana kebodohan sangat mudah untuk digaungkan"
Hidup bermasyarakat dan bernegara setidaknya mampu memahami esensi dari kebhinekaan. Adanya perbedaan seharusnya membuat setiap manusia lebih menghargai sesamanya, termasuk menghargai apa yang menjadi hak setiap manusia.
Jika kita tidak bisa membantu sesama secara finansial, paling tidak lakukan hal yang bernilai positif secara spiritual.
Sejalan dengan itu, setiap agama, apapun itu dan negara sudah sangat jelas mengajarkan kebaikan dan menjadikan manusia sebagai makhluk yang beradab dan bernilai. Selain itu, peran pendidikan juga sangat penting. Pendidikan tidak melulu dilihat secara formal melalui bangku sekolah. Pendidikan pada dasarnya dilakukan untuk memperoleh pengetahuan. Dan sumber pengetahuan di negeri ini jelas terpapar banyak sekali dan perlu untuk dipelajari.
Dengan memperkaya pengetahuan, setidaknya tahu dan mampu melakukan apa yang seharusnya dilakukan dan tidak seharusnya dilakukan. Menambah pengetahuan melalui pengalaman juga setidaknya mampu menumbuhkan nilai-nilai kemanusiaan.
KOK BISA YA ??
Jelas bisa, di era yang serba modern ini siapa pun bisa melakukan hal-hal di luar kewajaran tanpa melihat sisi kemanusiaan dan yang perlu digarisbahwahi adalah perkembangan zaman dan adanya teknologi bukanlah sumber masalah yang menjadikan seseorang memudarkan nilai kemanusiaannya, melainkan seseorang itu sendiri yang tidak bisa terus mempertahankan dan menghargai sisi kemanusiaan dengan menyeimbangkan perkembangan zaman dan penggunaan teknologi.
Berangkat dari beberapa ilustrasi di atas, ada beberapa pertanyaan kritis yang wajib bagi kita untuk mempertanyakan hal ini pada diri sendiri ataupun untuk orang lain.
Di mana letak sisi kemanusiaan manusia di era yang seharusnya menggiring manusia untuk jadi serba bisa ?
Apa yang selanjutnya kita lakukan untuk terus menanamkan nilai kemanusiaan di setiap diri pribadi manusia untuk generasi selanjutnya ?
Bagaimana kita sebagai manusia yang sadar dan berpendidikan, memutus rantai kebodohan publik yang semakin merajalela ?
Apakah dengan banyaknya kasus-kasus berbau intoleransi serta menyampingkan nilai kemanusiaan lantas menggerakkan hati dan pribadi untuk menjadi seorang manusia yang lebih baik lagi ?
yang membuat saya heran juga adalah
Mengapa figur yang demikian juga banyak mendapat pengikut di sosial media ?
Apakah figur tersebut adalah cerminan kebanyakan dari masyarakat kita ?
Masyarakat yang mana dapat melakukan segala cara demi eksistensi belaka,
Masyarakat yang mana mudah menelan berbagai teori konspirasi demi memperkuat aspirasi.
dan masyarakat yang mudah menggaungkan kebencian dengan menyampingkan sisi kemanusiaan.
Semakin modern zaman seharusnya membuat masyarakat juga semakin melek teknologi. Internet salah satunya menjadi wadah bagi manusia untuk bebas mengkespresikan dirinya, namun yang banyak terjadi saat ini internet justru disalahgunakan untuk menebarkan hal-hal yang tidak semestinya. Sudah banyak sebagian dari kita yang menjadi seeker attention demi keuntungan sepihak.
"Kita hidup dalam era di mana privasi menjadi sesuatu yang patut untuk dipublikasi dan yang seharusnya dipublikasi menjadi hal yang bersifat privasi"
"Kita juga hidup dalam era di mana kebodohan sangat mudah untuk digaungkan"
Hidup bermasyarakat dan bernegara setidaknya mampu memahami esensi dari kebhinekaan. Adanya perbedaan seharusnya membuat setiap manusia lebih menghargai sesamanya, termasuk menghargai apa yang menjadi hak setiap manusia.
Jika kita tidak bisa membantu sesama secara finansial, paling tidak lakukan hal yang bernilai positif secara spiritual.
Sejalan dengan itu, setiap agama, apapun itu dan negara sudah sangat jelas mengajarkan kebaikan dan menjadikan manusia sebagai makhluk yang beradab dan bernilai. Selain itu, peran pendidikan juga sangat penting. Pendidikan tidak melulu dilihat secara formal melalui bangku sekolah. Pendidikan pada dasarnya dilakukan untuk memperoleh pengetahuan. Dan sumber pengetahuan di negeri ini jelas terpapar banyak sekali dan perlu untuk dipelajari.
Dengan memperkaya pengetahuan, setidaknya tahu dan mampu melakukan apa yang seharusnya dilakukan dan tidak seharusnya dilakukan. Menambah pengetahuan melalui pengalaman juga setidaknya mampu menumbuhkan nilai-nilai kemanusiaan.
Kehidupan akan bermakna ketika kita menghargai sesama,
Jika tidak bisa menolongnya, jadilah pribadi yang berguna,
Mari menjadi manusia yang setidaknya bukan menjadi beban negara,
Perlahan saling menumbuhkan sikap mulia
Kelak dapat memanusiakan manusia
Comments
Post a Comment