STANDARISASI HIDUP
Apa definisi hidup bahagia ?
Bahagia diibaratkan sebuah 2 sisi koin yang berbeda
mungkin orang akan bahagia jika ia bergelimang harta dan bisa traveling ke luar kota
tapi bahagia menurut beberapa orang bisa diibaratkan hanya seperti makan nasi dengan kelapa
Bahagia dan apapun itu bentuknya bersifat relatif, tidak ada sebuah ketetapan yang saklek untuk menentukan sebuah kebahagiaan yang dimiliki seseorang.
Namun pada kenyataannya, banyak dari kita yang pandai mengkotak-kotakan isu "bahagia" dengan membuat standar-standar tertentu. Artinya, masih banyak orang yang terlalu skeptikal mengomentari kehidupan orang lain dengan standar-standar yang terkadang mereka simpulkan sendiri.
sebagai contoh :
Pertama, buat kamu yang statusnya pengantin baru, pasti sering diserbu dengan pertanyaan
"udah ngisi belom ?"
seolah yang namanya pengantin baru ketika mereka pulang dari honeymoon seolah-olah diharuskan sudah positif hamil.
Kedua, masih soal pengantin baru, ini difokuskan ke perempuan dengan situasi yang sedang hamil muda dan statusnya masih bekerja. Posisi ini juga sering diserbu dengan pernyataan
"kok gak resign aja ? kan ada suami yang kerja cari uang kok nemen banget masih pengen kerja juga"
seolah standar yang dibuat ketika hamil, perempuan berada pada posisi yang tidak berdaya dengan konotasi yang bermacam-macam.
Ketiga, seseorang memutuskan untuk memilih berhenti di karirnya dan melanjutkan sekolah ataupun menikah.
"Gak sayang apa udah bertahun-tahun kerja, jabatan udah tinggi, ehh resign karena sekolah. Kan sekolah lagi mahal, ngabisin duit lagi"
"Sayang amat udah tinggi-tinggi jabatan, resign karena mau nikah. Kalo gue sih ogah"
standar yang dibuat kali ini adalah bahagia ditentukan pada tinggi atau suksesnya sebuah karir seseorang.
dan masih banyak contoh kasus yang lain yang mungkin kalian rasakan selama hidup hingga saat ini.
and the big question about that situation is :
and the big question about that situation is :
"ADA MASALAH APA SAMPAI-SAMPAI KAMU BERHAK MEMBERIKAN STANDAR TERTENTU DI KEHIDUPAN ORANG LAIN?"
Standarisasi hidup adalah serangkaian standar-standar yang dibuat yang biasanya untuk mengukur kebahagiaan seseorang dalam hidupnya. Padahal yang kita tahu, bahagia seseorang sifatnya relatif.
Setiap manusia pada dasarnya hidup dengan kebutuhan yang berbeda-beda. Manusia juga tentunya punya cita-cita terbaik untuk hidupnya masing-masing. Yang perlu digaris bawahi adalah beberapa pertanyaan yang diajukan tersebut memang umumnya spontan ditanyakan dan tidak bermaksud untuk menyinggung dan kadang wajar saja ditanyakan dalam konteks yang sifatnya masih umum, akan tetapi ada beberapa dari kita yang secara tidak sadar kurang memperhatikan esensi dari sebuah pertanyaan tentang keberlangsungan serta pilihan hidup dari orang yang ingin kita tanyakan tersebut.
Apakah pertanyaan yang kita ajukan sifatnya layak atau tidak untuk ditanyakan,
Apakah pertanyaan tersebut sifatnya sensitif atau tidak dan
Apakah pertanyaan tersebut akan menyinggung perasaan orang yang sedang diajak bicara atau tidak.
Lantas, apa yang harus kita lakukan ketika mendapati situasi yang sama ?
Terkadang menjadi pribadi yang acuh dan bersikap bodo amat, bisa diandalkan untuk jadi solusi menghadapi masalah ini. Lebih baik pertanyaan tersebut dijadikan guyonan sesaat daripada harus dimasukkan ke hati dan diingat seumur hidup.
Di samping itu, daripada kita sibuk membuat standarisasi hidup dengan mempertanyakan hal-hal yang sifatnya privasi, lebih baik diganti dengan pernyataan yang menyejukkan hati atau sekedar membantu memberikan motivasi.
Contohnya :
yang tadinya sibuk bertanya "udah ngisi apa belom ?"
mungkin bisa diganti dengan pernyataan
"wah yang sudah pulang bulan madu, sehat terus ya"
Standarisasi hidup menjadi sorotan penting, yang mana hal ini semakin sering terjadi baik di kehidupan nyata ataupun sosial media. Standarisasi hidup, bukan soal bagaimana kita mengukur kebahagiaan seseorang pada aturan-aturan saklek seperti banyak uang, bisa jalan-jalan atau apalah itu yang sifatnya menyenangkan.
Pada dasarnya hidup itu sederhana
Asal kita tahu bagaimana caranya bahagia
Menjalani segala sesuatu yang kita suka
bukan karena standarisasi belaka
Comments
Post a Comment