SEIMBANG DALAM MENENTUKAN
Waktu kecil, sangat menyenangkan melihat seorang penari balet dengan lincahnya melakukan gerakan tari yang memusatkan pada kakinya yang menjinjit. Padahal jika dipikir-pikir sulit rasanya berdiri dengan bertumpu pada satu kaki. Begitu juga ketika praktik pelajaran sains di sekolah, saya melihat sebuah neraca yang menimbang sebuah batu dan sebuah pasir di mana keadaan yang saya lihat neraca tersebut menunjukkan berat pada sebuah batu. Hal lain yang saya temukan ketika melihat acara tv yang menayangkan perlombaan mendayung sebuah perahu. Saya selalu bertanya mengapa mendayung harus menggunakan kedua tangan ?
Hal yang sama berlaku juga ketika kehidupan manusia beranjak dewasa.
Sering dipertemukan pada situasi di mana kita dituntut untuk memilih sebuah pilihan di atas beberapa pertimbangan. Ada yang bilang ikuti saja apa kata hatimu sementara banyak juga yang beropini bahwa segala sesuatu setidaknya mintalah pendapat dari orang lain sebelum memutuskan sesuatu. Kemudian ada juga yang berkata bahwa saya yakin saya bisa melakukan semuanya sendiri tapi di sisi lain ada juga yang berasumsi bahwa kita manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa melakukannya sendiri melainkan butuh bantuan orang lain.
Semakin dewasa tentu semakin banyak pengalaman yang kita lalui seperti bertemu dengan orang baru, merasakan pengalaman baru atau mungkin bernostalgia dengan pengalaman lama dengan suasana yang baru. Semua hal tersebut sama-sama kita lalui dengan beberapa proses dan tentunya sering terjadi kebingungan dan perang batin untuk menentukan pilihan apa yang hendak di ambil, pengalaman apa yang akan dinikmati dan bersama siapa kita akan menuju ke kehidupan yang lebih baik.
Ilustrasi di atas setidaknya menggambarkan situasi di mana kita sering terjebak dalam kebimbangan. Pilihan-pilihan yang sudah dipikirkan seperti mengikuti apa kata isi hati atau meminta pendapat orang lain sebelum memutuskan sesuatu, jelas bukan merupakan hal yang salah. Terkadang kita masih sibuk menyalahkan diri sendiri atas pilihan yang hendak kita ambil. Padahal kita hanya perlu bersyukur sudah dibekali emosional dan rasional.
Berangkat dari ilustrasi di atas, kita bicara soal "KESEIMBANGAN" dalam menentukan sebuah pilihan-pilihan hidup. Tidak menutup kemungkinan memang kita seringkali dihadapkan oleh pilihan yang membingungkan yang mana menuntut emosional dan rasional untuk terus bersikeras berpikir manakah pilihan yang tepat. Sebelum menentukan keputusan alangkah baiknya kita mengetahui tujuan mengapa memilih pilihan tersebut untuk keberlangsungan hidup kita, apakah secara emosional hanya untuk memenuhi tujuan belaka yang sifatnya sementara ? ataukah secara rasional hanya untuk terus berambisi memperoleh apa yang kita inginkan saja ?
Tapi masih banyak dari kita yang mengalami ketidakseimbangan dalam menggunakan emosi dan logikanya. Sebagai contoh yang umum dilakukan yaitu ketika tujuan kita bekerja semata-mata hanya karena uang. Secara rasional, memang ketika melihat pergerakan kehidupan yang saat ini serba mahal, uang adalah salah satu solusinya, tetapi ketika emosional kita berbicara, stress pun melanda. Akibatnya ? kita berambisi mencari rezeki tetapi tidak sesuai dengan apa kata hati. Begitu juga sebaliknya saat kita hanya mengutamakan emosional di berbagai hal tanpa diimbangi dengan rasional. Hal ini berlaku baik di kehidupan asmara, karir, pendidikan, dan hal lainnya dalam hidup.
Hal yang sama berlaku juga ketika kehidupan manusia beranjak dewasa.
Sering dipertemukan pada situasi di mana kita dituntut untuk memilih sebuah pilihan di atas beberapa pertimbangan. Ada yang bilang ikuti saja apa kata hatimu sementara banyak juga yang beropini bahwa segala sesuatu setidaknya mintalah pendapat dari orang lain sebelum memutuskan sesuatu. Kemudian ada juga yang berkata bahwa saya yakin saya bisa melakukan semuanya sendiri tapi di sisi lain ada juga yang berasumsi bahwa kita manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa melakukannya sendiri melainkan butuh bantuan orang lain.
Semakin dewasa tentu semakin banyak pengalaman yang kita lalui seperti bertemu dengan orang baru, merasakan pengalaman baru atau mungkin bernostalgia dengan pengalaman lama dengan suasana yang baru. Semua hal tersebut sama-sama kita lalui dengan beberapa proses dan tentunya sering terjadi kebingungan dan perang batin untuk menentukan pilihan apa yang hendak di ambil, pengalaman apa yang akan dinikmati dan bersama siapa kita akan menuju ke kehidupan yang lebih baik.
Ilustrasi di atas setidaknya menggambarkan situasi di mana kita sering terjebak dalam kebimbangan. Pilihan-pilihan yang sudah dipikirkan seperti mengikuti apa kata isi hati atau meminta pendapat orang lain sebelum memutuskan sesuatu, jelas bukan merupakan hal yang salah. Terkadang kita masih sibuk menyalahkan diri sendiri atas pilihan yang hendak kita ambil. Padahal kita hanya perlu bersyukur sudah dibekali emosional dan rasional.
Berangkat dari ilustrasi di atas, kita bicara soal "KESEIMBANGAN" dalam menentukan sebuah pilihan-pilihan hidup. Tidak menutup kemungkinan memang kita seringkali dihadapkan oleh pilihan yang membingungkan yang mana menuntut emosional dan rasional untuk terus bersikeras berpikir manakah pilihan yang tepat. Sebelum menentukan keputusan alangkah baiknya kita mengetahui tujuan mengapa memilih pilihan tersebut untuk keberlangsungan hidup kita, apakah secara emosional hanya untuk memenuhi tujuan belaka yang sifatnya sementara ? ataukah secara rasional hanya untuk terus berambisi memperoleh apa yang kita inginkan saja ?
Konsep seimbang memiliki makna ketika kita menikmati suatu hal yang kita lakukan baik diliat dari sisi emosional dan rasional.
Tapi masih banyak dari kita yang mengalami ketidakseimbangan dalam menggunakan emosi dan logikanya. Sebagai contoh yang umum dilakukan yaitu ketika tujuan kita bekerja semata-mata hanya karena uang. Secara rasional, memang ketika melihat pergerakan kehidupan yang saat ini serba mahal, uang adalah salah satu solusinya, tetapi ketika emosional kita berbicara, stress pun melanda. Akibatnya ? kita berambisi mencari rezeki tetapi tidak sesuai dengan apa kata hati. Begitu juga sebaliknya saat kita hanya mengutamakan emosional di berbagai hal tanpa diimbangi dengan rasional. Hal ini berlaku baik di kehidupan asmara, karir, pendidikan, dan hal lainnya dalam hidup.
APA YANG SALAH ??
Tentu tidak ada yang salah, hanya saja kita belum tepat menyeimbangkan segala sesuatu yang kita pilih.
Untuk mencapai keseimbangan dalam menggunakan emosional dan rasional secara bersamaan, butuh proses dan keberanian seseorang untuk mengambil tindakan tersebut. Manusia pada dasarnya diciptakan dengan dibekali akal dan itulah mengapa kita mampu untuk berpikir tentang pilihan hidup yang seperti apa yang hendak kita ambil. Sama sekali tidak ada pilihan yang salah dalam hidup hanya saja manusia terkadang sering menyalahkan diri sendiri dan terlalu banyak menggunakan emosionalnya untuk terus terperangkap dalam rasa salah dan kecewa.
Sejatinya, eksistensi manusia hidup di dunia ini tidak lain hanyalah untuk belajar dan berkembang.
Artinya, ketika memang pilihan tidak sejalan dengan ekspektasi maka kita perlu belajar dari pengalaman, sebaliknya ketika pilihan sudah sesuai maka kini saatnya kita berkembang. Di sinilah keseimbangan emosional dan rasional diperlukan. Tidak ada salahnya mendengarkan apa yang hati nurani kita ucapkan dan tidak ada salahnya juga mendengarkan saran-saran terbaik yang orang lain berikan. Yang perlu diingat adalah kita tidak bisa menggantungkan pilihan pada apa yang orang lain katakan. Ada kalanya memang berkomunikasi dengan emosi diri sendiri itu penting.
Untuk jadi pribadi yang seimbang
Kadang harus melewati masa-masa di mana emosi dan logika saling berperang
Tapi anggap saja itu adalah sebuah proses pendewasaan
Karena sejatinya, hidup adalah kita yang menentukan
Comments
Post a Comment