SEBUAH ROBOT KONSERVATIF
Berapa usia kalian saat ini ?
sudah cukup bijak kah dalam berpikir dan mengambil setiap keputusan ?
sudah cukup beranikah untuk mengambil resiko
pada tiap-tiap pilihan yang disajikan ?
dan
sudah serius kah kalian untuk memulai sebuah perubahan ??
tapi sayang .....
tidak semua dari kalian benar-benar ingin berubah
dan tetap mempertahankan apa yang sudah kalian jalankan
ada yang ingin berubah dan ia berusaha keluar dari zonanya
ada juga yang berwacana berubah
tetapi masih terjebak dalam sangkar kebimbangan
mari kita kembali pada masa lampau.
ketika kita lahir di bumi,
kita semua adalah harapan besar bagi orang tua kita
dan setiap orang tua ingin anak-anaknya tumbuh dan berkembang dengan baik
mereka ingin kita pandai, cerdas, pintar, kreatif dan mampu bersosialisasi dengan baik
tapi ekspektasi hanyalah sebuah ekspektasi
beberapa harapan yang tumbuh dari orang tua muncul dan berubah menjadi tuntutan-tuntutan yang harus dilakukan oleh anaknya.
jika tuntutan tersebut tidak dilakukan, ada ketakutan dan kekhawatiran orang tua akan ekspektasinya yang tidak terpenuhi
contohnya ...
saat kita kecil dan beranjak sekolah di bangku SD/SMP, orang tua ingin kita disekolahkan di sekolah yang berprestasi dengan kurikulum serba modern. Berapapun uang sekolahnya tidak menjadi masalah, yang terpenting bagi orang tua adalah ketika kita sudah disekolahkan di sana kita akan menjadi salah satu murid yang berprestasi dan bisa membanggakan orang tua.
setelah berhasil bersekolah di sekolah favorit, orang tua ingin bahwa kita memiliki bakat dalam bermusik atau hal lainnya yang belum tentu kita berminat di bidang tersebut.
Ironisnya, ketika kita melakukan kesalahan dan gagal dalam meraih prestasi, orang tua kita justru marah tanpa menganalisa letak kesalahan tersebut di mana. Pada akhirnya di kesempatan berikutnya, kita sebagai anak cenderung takut dan lebih memilih 'jalan aman' supaya tidak dimarahi oleh orang tua lagi dan terkadang cenderung bersikap bohong hanya demi orang tua tidak marah.
hal ini juga berlaku bagi guru di tempat kita bersekolah,
banyak diantara mereka yang memberikan sistem belajar berpusat pada guru (teacher center learning) sehingga kita yang berstatus sebagai murid tidak diberikan kesempatan untuk turut aktif dalam belajar. Sistem pendidikan pada akhirnya hanya sebatas datang ke sekolah tepat waktu, mendengarkan, mengerjakan tugas, pulang, dan begitu seterusnya.
jika tugas tidak dikerjakan, selalu dihukum dengan berbagai hukuman yang dilandasi agar siswa jera dan tidak mengulangi hal yang sama . Nyatanya ? terus berulang dan kembali berulang.
Sebagai murid yang hanya mematuhi peraturan yang ada dan kadang tidak masuk akal, ada sebagian guru yang menyuruh muridnya untuk ikut les privat dengannya. Hal ini juga berlaku pada orang tua yang juga harus menyuruh anaknya untuk ikut kursus supaya kualitas belajar semakin meningkat.
Sejauh ini apakah ada yang merasakan hal yang sama ?
seiring berjalannya waktu, kita beranjak dewasa. Usia antara menginjak bangku SMA menuju perkuliahan adalah waktu yang rentan bagi kita sebagai anak untuk berdebat atas pilihan-pilihan masa depan. Kita sebagai anak tentunya memiliki cita-cita dan passion tersendiri dalam menentukan masa depan. Ketika kita mengkomunikasikan minat kita untuk melanjutkan studi di tempat pilihan kita, justru terdapat perdebatan dan pertimbangan khusus yang dilontarkan orang tua.
lagi-lagi dilandasi alasan bahwa adanya ketakutan dan kekhawatiran
dan mirisnya, sebagai anak yang tidak ingin dibilang anak durhaka, pada akhirnya mematuhi apa yang diinginkan orang tua walaupun ada perasaan sedikit 'terpaksa'.
begitu menjalani rutinitas perkuliahan, kita bertemu lagi dengan filosofi-filosofi konservatif dari dosen yang tidak jauh beda kita temukan pada saat ada di bangku sekolah. Datang ke kampus tepat waktu, belajar, belajar, mengerjakan tugas , tugas, dan tugas lagi. Peraturan-peraturan kuno yang masih diterapkan dosen saling bersinggungan dengan passion kita yang awalnya kita tidak ingin berkuliah di tempat tersebut.
Alhasil, banyak diantara kita sebagai mantan mahasiswa yang mengulur waktu lama karena terjadi ketidaksinkronan pada bidang perkuliahan. Terkadang kita juga terpaksa menjalani perkuliahan dengan harapan "cepatlah selesai biar pusing ini hilang". Akhirnya, banyak lulusan yang tidak berkualitas yang tidak menanamkan etika dan moral.
PERKULIAHAN PUN AKHIRNYA SELESAI,
dan mari bersama-sama kita ucapkan
SELAMAT DATANG DI DUNIA NYATA ...
lagi dan lagi ... orang tua berekspektasi bahwa kita sebagai anak bisa bekerja dan memiliki penghasilan yang tinggi dan intinya harus bergengsi. Ekspektasi memang terkadang tak sesuai dengan kenyataan. Banyak di antara kita yang gagal dalam tes masuk kerja. Ketika gagal, kita justru dimarahi. Ketika mencoba lagi dan gagal, kita tetap memaksakan diri dan pada akhirnya orang tualah yang memaksakan kita untuk memasukkan kita pada pekerjaan melalui channel mereka dalam tanda kutip 'ORANG DALEM' hanya demi membuat rasa aman orang tua meningkat terhadap karir anaknya.
LALU KAPAN KITA SEBAGAI ANAK BISA MENGETAHUI PASSION DAN MENGEMBANGKAN DIRI ?
KAPAN KITA SEBAGAI ANAK BISA MANDIRI ?
Hal miris yang dapat disimpulkan dalam ilustrasi di atas adalah bahwa sebagain dari kita hanyalah sebuah robot koservatif yang hadir untuk memenuhi ekspektasi.
Kita tidak memiliki waktu untuk saling berdiskusi tentang pilihan apa yang kita kehendaki,
yang terjadi hanyalah adu argumentasi.
kita juga tidak bisa menyalahkan pemikiran konservatif yang terlontar dari orang tua, guru dan dosen-dosen kita . Karena mereka jauh lebih mengerti akan pengalaman-pengalaman yang sudah mereka lewati walaupun imbas pemikiran kuno tersebut harus diterapkan kepada anak-anaknya pada masa kini dengan keinginan bahwa generasi kita jangan sampai seperti generasi mereka terdahulu.
sudah menjadi sebuah konsekuensi bagi beberapa anak yang memiliki orang tua, guru bahkan tenaga didik lainnya yang masih berpikir secara konservatif
LALU APA TUGAS KITA SELANJUTNYA ?
sudah menjadi sebuah konsekuensi bagi beberapa anak yang memiliki orang tua, guru bahkan tenaga didik lainnya yang masih berpikir secara konservatif
LALU APA TUGAS KITA SELANJUTNYA ?
PESAN APA YANG BISA DIAMBIL PADA TULISAN INI ?
kita sebagai anak, memang tidak mungkin melawan apa yang sudah menjadi kehendak orang tua. Tugas kita yang semakin hari semakin tua dan beranjak dewasa adalah bagaimana cara kita untuk meyakinkan serta memahami apa yang diinginkan mereka untuk masa depan kita karena pemikiran serta persepsi orang tua yang lahir di zaman dulu dengan kita yang lahir di era yang jauh lebih modern tentunya memiliki perbedaan dan semua yang telah mereka lakukan tidak lain hanya untuk kebaikan anak-anaknya. Adu argumen memang hal yang biasa terjadi, hanya saja bagaimana cara kita bijak dalam memahami mereka.
dan untuk kita sebagai calon-calon orang tua di generasi berikutnya,
seorang anak bukanlah robot konservatif yang lahir hanya untuk memenuhi ekspektasi kita.
pendekatan dan afeksi sangat diperlukan untuk memahami kondisi anak-anak kita nanti.
hargai setiap pilihan mereka walaupun kadang bertentangan dengan keinginan kita.
lebih baik dengarkan dan pantau secara terselubung apa yang mereka pilih sebagai pilihannya.
berikan mereka jeda untuk berpikir ketika mengalami kegagalan, rangkul dan berikan kebebasan yang tetap terkontrol pada setiap aktivitas yang ingin mereka raih.
dan yang terpenting, tanamkan kepercayaan kepada anak-anak untuk mengembangkan passion mereka.
"HARMONI HANYA AKAN TETAP TERCIPTA
DARI NADA-NADA YANG BERBEDA"
"BERIKAN SEDIKIT JEDA
AGAR MEREKA TETAP BERKARYA
DAN MEMAHAMI SIAPAKAH DIRINYA"
Comments
Post a Comment