KONSUMERISME SOSIAL MEDIA
Happy Weekend !
masih awal bulan nihh, tanggal muda lagi.
Kalian yang masih sekolah, uang jajannya udah keluar ??
Atau
Kamu yang udah kerja pasti gajinya udah cair kan ?
terus, uang kalian larinya kemana ?
Shopping ? Skincare ? Traveling ? Makan di resto ? bayar cicilan ? atau lunasin utang ? terus pusing tau-tau duitnya ludes haha
Okelah, hari ini mau bahas topik yang gak jauh-jauh dari keuangan kaum milenial nih. Kemarin sempet bikin survei non-formal yang yahhh ala-ala dehh kecil-kecilan. Sebelumnya juga terima kasih atas partisipasi 30 orang terpilih untuk bantu jawab pertanyaan di kuesioner dan hasilnya lumayan beragam .
Mari kita bahas,
Konsumerisme ...
Kata yang tidak asing didengar di lingkungan kita. Ketika mendengar kata itu terlintas definisi konotatif yang berhubungan dengan uang dan belanja .
Ada juga yang mengkaitkannya dengan istilah 'Hedonisme' .
Ada yang mengartikan bahwa konsumerisme adalah candu untuk orang-orang terhadap sesuatu barang.
Beberapa juga bilang kalo konsumerisme adalah tindakan yang bisanya cuma menghabiskan uang saja alias gaya hidup tidak hemat, boros, mubazir.
Apa iya itu definisi dari konsumerisme ???
Konsumerisme menurut KBBI
/kon·su·mer·is·me //konsumérisme/ n
adalah
paham atau gaya hidup yang menganggap barang-barang (mewah) sebagai ukuran kebahagiaan, kesenangan, dan sebagainya
atau
gaya hidup yang tidak hemat
dari 30 responden yang aku pilih acak, mereka berasal dari berbagai macam profesi. ada yang masih kuliah, seorang wirausaha, pekerja swasta, owner usaha, musisi, dan lainnya dengan penghasilan yang berbeda-beda, mereka turut aktif di sosial media dan rata-rata nih mayoritas pengguna aktif sosial media yang sudah hits di era sekarang,
-INSTAGRAM-
Seperti yang kita tahu kebanyakan, sosial media yang hits satu ini berhasil memikat user nya melalui postingan yang menyegarkan mata . Selain untuk pribadi user, instagram juga banyak dijadikan akun bisnis bagi beberapa orang . Hal ini memudahkan user / konsumen untuk melihat barang yang dijual oleh si penjual semenarik mungkin melalui media foto. Dengan cakap mempromosikan detail barang dan testimonial konsumen lewat caption, pada akhirnya banyak user yang berhasil terpikat.
"eh kemaren gua liat di IG nya ********** ada baju bagus loh terus murah lagi duhhh. Awal bulan masih lama lagi nanti abis gak ya"
"Eh itu kosmetik di akunnya ******* lagi sale besar-besaran, terus dia ngadain giveaway. Duh atm gua sisa berapa ya"
"Aduh, IG nya ****** open PO lagi buat limited stock terbarunya. Keren sih, tapi belum bayar kosan lagi, ikut PO gak ya ??"
Siapa yang sering begini ??
Fashion dan Beauty Care menjadi jawaban tertinggi atas tindakan konsumtif seseorang.
Kalo gajian tiap bulan beli baju ya ?
"Iya sih, jadi kalo ke kantor atau pas maen biar fresh aja gitu kan modis"
Skin care apa make up nih ?
"bulan ini make up deh mumpung ada diskon 30% hehehe"
Sepatu lo gitu-gitu aja bro ?
"Asli, bosen sih sebenernya. Besok ah mau ke toko itu cari lagi kalo ada yang bagus langsung sikat"
Beberapa responden juga menginstall aplikasi belanja online dengan alasan harga lebih terjangkau dari pada di toko terdekat di mana mereka tinggal ditambah lagi iming-iming 'gratis ongkir' yang makin membuat mereka terpikat.
Responden juga menargetkan budget tersendiri untuk pengeluaran pemenuhan kebutuhan mereka. tapi pernah gak sih overcost budget ??
jawaban mereka beragam. Ada yang menjawab hampir dan bahkan sering. Alasannya adalah jika ada pengeluaran tak terduga dan mendadak. sisanya ?? Mereka KHILAF hahahahahahha dan bahkan pada bulan berikutnya dan seterusnya ada juga yang masih melakukan hal yang sama . Terlalu terlena dengan biusan iklan sosial media. Pada akhirnya konsumen pun mengatakan ....
"Ah nyesel beli ini . Tau gitu bulan depan aja belinya"
Konsumerisme menarik perhatian konsumen melaui iklan-iklan menarik yang menuntun kita untuk membeli barang bukan didasarkan atas kebutuhan melainkan untuk memenuhi keinginan.
Setelah mendapatkan apa yang kita inginkan, tentunya ada rasa bahagia di level tertinggi yang kita rasakan. Tapi coba pikirkan, sampai kapan rasa bahagia itu akan bertahan ?
Konsumerisme juga gak tebang pilih, baik dari kalangan kelas menengah ke bawah sampai ke atas. Yang punya pendapatan rendah aja bisa lebih konsumtif daripada yang berpenghasilan tinggi. Begitu juga sebaliknya.
Loh, tapi kan uang bisa dicari lagi ?? Jadi gak kenapa-kenapa dong kalo mau beli ini itu daripada keabisan ?
Hidup minimalisme/hemat bukan berarti pelit dan bukan berarti gak belanja juga . Belanja juga perlu tapi lebih melihat didasarkan kebutuhan . Membatasi pengeluaran bukan berarti gak sayang sama diri sendiri untuk tampil lebih bergengsi .
Konsumerisme VS Minimalisme ??
Aku pilih minimalis
Kalo kamu ?
Comments
Post a Comment