BERTEMAN DENGAN JEDA

 


Kenapa malam hari menjadi waktu yang tepat untuk merenungkan diri ?
Apakah ada yang salah ??
Perasaan senang, sedih, suka dan duka memang normal dirasakan oleh siapa saja. Namun memang kita masih sulit menghindari perasaan insecure. Padahal, kita tahu dan sadar bahwa membandingkan diri dengan orang lain hanya akan memperburuk keadaan. 

Mari kita coba kembali ke beberapa bulan terakhir di tahun 2020.
Banyak rencana yang pada akhirnya tertunda ...
Banyak orang datang dan pergi silih berganti ...
Banyak cita-cita belum menjadi realita ...
dan tidak sedikit pula yang terlalu menggantungkan diri pada sebuah espektasi ...

Kenapa rasa kecewa sering terucap ?
Sederhananya, karena manusia terlalu banyak berharap ...

Terlalu banyak ekspektasi terkadang bukan menjadi solusi bahkan yang ada justru rasa terbebani dan tersakiti. Jika ada pertanyaan mengapa saya tidak pernah merasakan ketenangan ? Kapan saya akan bahagia ? Apa saya tidak boleh berharap ? Mengapa saya selalu menderita ?
Jawabannya ada pada diri karena sejatinya ketenangan bisa diperoleh ketika kita mampu merefleksikan diri kita dengan baik. Mungkin ada yang lebih nyaman membagikannya dengan orang yang mungkin paling dipercaya. Namun ada juga yang lebih memilih untuk menyimpannya sendiri dan berteman dengan jeda. 

Saya jadi ingat statement "It's okay not to be okay"
Kita sering sekali tidak ingin melakukan apapun bahkan tidak ingin menggunakan nalar yang terlalu keras hanya untuk memikirkan hal-hal yang tidak berjalan sesuai rencana. Kita juga sering merasa malas untuk sejenak berkomunikasi dengan orang disekitar kita. 
Apakah itu normal ?
Masih menjadi suatu kewajaran dan kondisi yang normal jika kita merasakan keadaan yang tidak baik-baik saja. Di situlah pelan-pelan bagaimana kita belajar untuk menerima bahwa kenyataan tidak selamanya selalu bercakap soal bahagia saja. 

Kadang diri memang butuh jeda dari rumitnya kehidupan yang dipenuhi rasa kecewa.
Jeda mengisyaratkan tanda bahwa inilah waktu istirahat yang tepat untuk hati ketika sudah terlalu bekerja keras dari biasanya. 
Jeda juga menjadi sebuah pemberitahuan untuk sejenak menjauhkan diri dari hiruk pikuk sosial media dan lebih memperbanyak waktu untuk menata diri untuk lebih siap menghadapi realita.

Saya percaya Sang Pencipta menghadirkan sejuta masalah disertai alasannya dan mungkin salah satu tujuannya adalah agar kita bisa lebih dekat berteman dengan diri sendiri. Ketika kita akrab dan mengenal diri sendiri lebih jauh, kita mampu merancang pilihan-pilihan yang ada sebagai jawaban terbaik untuk menyelesaikan masalah. Saya selalu ingat pepatah yang mengatakan

"Just finish what you strated", selesaikanlah apa yang telah kamu mulai. 
Karena sejatinya masalah hadir dari diri kita dan hanya diri kita lah yang mampu menyelesaikannya. 

Semoga rasa kecewa tidak semakin jadi membara .. 
Semoga luka yang kambuh bisa lekas sembuh ..
Semoga kita bisa sama-sama saling mengevaluasi sebuah emosi ...
dan 
Semoga kita bisa cepat merasa ikhlas akan sesuatu yang sudah dilepas ..

Comments

Popular Posts